Selasa, 23 Juni 2009

SERAH TERIMA PUSAT LISTRIK TENAGA SURYA DI WATUGAJAH


"Di wilayah Kecamatan Gedangsari masih ada sebagian tempat yang belum terjangkau aliran listrik seperti di desa Mertelu, Hargomulyo, dan Watugajah. Hal ini dikarenakan letak daerahnya yang berbukit-bukit dan juga disebabkan karena pemukiman penduduk yang salih berjauhan sehingga belum semuanya terjangkau oleh jaringan listrik. Sehingga masih banyak masyarakat yang menggunakan penerangan rumah memakai lampu dengan menggunakan minyak tanah. Tetapi dengan langkanya minyak tanah, maka menjadi problem tersendiri bagi masyarakat pedesaan". Demikian sambutan yang disampaikan Camat Gedangsari Sujoko, S.Sos., M.Si. pada acara serah terima Pusat Listrik Tenaga Surya di Banyunibo Desa Watugajah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul Senin 22 Juni 2009. Pusat Listrik Tenaga Surya di Desa Watugajah merupakan komitmen pemerintah daerah dalam hal percepatan infrastruktur daerah tertinggal dengan harapan dapat mengejar ketertinggalan dari daerah lain. Pusat Listrik Tenaga Surya di Desa Watugajah ini dibangun dengan menghabiskan dana sekitar 2.8 milyar rupiah, dengan bangunan PLTS terpusat di satu tempat dan 105 lainnya tersebar di Padukuhan Watugajah dan Tamansari yang digunakan untuk penerangan rumah-rumah penduduk dan fasilitas umum seperti masjid atau tempat pertemuan masyarakat.

S
elain Camat Gedangsari memberikan sambutan pula Bupati Gunungkidul Suharto SH. Dalam
sambutannya bupati mengatakan bahwa pembangunan Pusat Listrik Tenaga Surya ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi masyarakat Watugajah yang belum terjangkau aliran listrik dari PLN. Selain itu Bupati Gunungkidul mengatakan bahwa untuk percepatan pembangun di desa perlu memperhatikan aspek teknologi, penuh perhitungan dan tetapi tidak meninggalkan budaya mandiri, disiplin, jujur, serta keterbukaan. Harapan lain adalah dengan dibangunnya PLTS ini masyarakat disamping bisa menggunakan juga bisa merawat fasilitas yang ada, agar fasilitas ini dapat dipakai dalam jangka waktu yang panjang. Selesai memberikan sambutan Bupati Gunungkidul secara simbolis menyerahkan berita acara serah terima Pusat Listrik Tenaga Surya kepada Organisasi Masyarakat Setempat yang diwakili oleh Sukidi dan Sukarman. Dalam kesempatan ini Bupati juga mengadakan ramah tamah dengan masyarakat setempat demi kemajuan wilayah Gunungkidul umumnya dan masyarakat desa Watugajah pada khususnya dengan penuh rasa keakraban dan keramah tamahan.

Pada akhir acara Kepala Desa Watugajah Subirman mengucapkan terima kasih kepada pemerintah atas batuan dan fasilitas yang diberikan kepada masyarakat Desa Watugajah selama ini. Semoga dengan bantuan ini masyarakat Watugajah tidak ketinggalan dengan daerah lainnya dan menjadikan masyarakat yang semakin produktif.

Rabu, 03 Juni 2009

Asal Nama Desa Watugajah


William Shakespeare mengatakan apa arti sebuah nama

Namun bagi orang jawa nama membawa makna, artinya orang memberikan nama sesuatu mengandung arti yang bertujuan baik dan mengandung sejarah. Entah itu nama anak yang baru lahir, nama orang setelah menikah, nama tempat seperti desa, kecamatan dan kabupaten atau propinsi bahkan nama suatu negara. Salah satu nama yang kita kemukakan di sini adalah nama desa Watugajah yang terletak di wilayah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Kalau kita lihat namanya Watugajah berasal dari dua kata yaitu Watu dan Gajah yang dirangkai menjadi satu nama. Menurut cerita orang-orang tua bahwa Watugajah pada waktu dulu diambilkan dari nama sebuah batu yang kalau dilihat pada waktu sore hari dari tempat kejauhan menyerupai gajah. Tetapi jika didekati ternyata hanyalah sebuah batu. Namun karena bentuknya pada waktu itu mirip hewan gajah, maka dinamakan Watugajah dan nama ini kemudian digunakan sebagai nama Desa Watugajah hingga kini. Keberadaan batu ini terletak di tengah-tengah sawah milik almarhum Bapak Dirdjosetoto (seperti tampak dalam gambar). Batu ini tidak hanya sebuah tetapi terdiri dari dua buah, satu besar dan satu kecil sehingga seperti gajah dan anaknya. Batu yang besar memiliki panjang sekitar 8 meter, lebar 4 meter dan tinggi 3 meter. Masih menurut cerita orang-orang tua jaman dahulu bahwa untuk naik ke atas batu ini diperlukan tangga karena pada waktu itu tingginya sekitar 5 meter, tetapi karena pengaruh alam batu ini semakin tenggelam dalam tanah, sehingga untuk naik keatasnyapun sekarang tidak harus memakai peralatan lagi. Pada jaman dulu sebelum banyak obyek wisata batu ini sering dikunjungi oleh orang-orang dari luar daerah atau para warga Watugajah yang sudah merantau ke luar daerah jika pulang sering mengajak anak cucu atau saudaranya untuk bersantai di atas batu ini. Karena keberadaanya juga dekat dengan sekolah dan tanah lapang, maka keberadaan batu ini tidak pernah sepi. Jika pagi hari sebelum anak-anak masuk sekolah biasanya menyempatkan diri bermain-main di atas batu ini demikian juga disaat jam istirahat. Di kala sore hari karena letaknya dekat dengan lapangan sepakbola banyak anak-anak muda yang menunggu waktu berkumpul teman-temannya sambil beristirahat di atas batu ini.
Dari atas batu ini kita bisa melihat ke arah selatan, timur, atau barat merupakan pegunungan yang membujur mengelingi desa Watugajah. Sedang jika kita menghadap ke utara kita bisa melihat hamparan kebun tebu yang luas, bahkan nun jauh disana kita bisa melihat gunung Merapi yang mengeluarkan asapnya dengan tenang.

TAMAN KANAK-KANAK PKK WATUGAJAH



Salah satu diantara lembaga pendidikan yang ada di Desa Watugajah adalah keberadaan Taman Kanak-kanak. Taman Kanak-kanak ini didirikan oleh kelompok Dharma Wanita Watugajah, sehingga taman kanak-kanak ini diberi nama TK PKK Watugajah. Taman Kanak-kanak ini berdiri pada tahun 2005 dan telah mendapat ijin dari dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul Nomor : 421.1/157/Kpts/2006 tertanggal 16 September 2006. Pada awal berdirinya memiliki jumlah siswa 15 anak, dengan jumlah pendidik sebanyak dua orang yaitu Ibu Surati dan Ibu Siti Margini yang kesemuanya masih berstatus guru honorer. Pada awal berdirinya alat pembelajarannya masih sangat sederhana dan terbatas, yaitu alat pembelajaran dalam ruang saja seperti: Pusel, meronce, peraga hewan, transportasi, telekomunikasi, balok bangunan dan lain-lain. Gedung tempat pembelajarannyapun masih meminjam ruangan Sekolah Dasar Negeri Watugajah yang tidak terpakai. Namun lambat laun setelah 4 tahun berjalan jumlah siswa didiknyapun bertambah menjadi 19 anak, dan alat permainan luar yang dimilikinya pun juga bertambah seperti bola dunia, tri in one, goyangan kuda, goyangan angsa, goyangan kapal, ayunan, dan jongkat-jongkit, Selain memiliki alat permaian tersebut TK PKK Watugajah kini telah memiliki gedung sendiri yang dibangun dari bantuan PNPM Mandiri Pedesaan Kecamatan Gedangsari pada tahun anggaran 2008.


Keberadaan lembaga pendidikan taman kanak-kanak ini sangat membantu dan dibutuhkan oleh masyarakat sekitar, mengingat sebelum ada lembaga pendidikan ini warga Watugajah yang akan menyekolahkan anaknya di TK harus pergi ke daerah tetangga yaitu daerah di wilayah Klaten. Harapan kedepan TKK PKK Watugajah ini semakin lama semakin maju dan peserta didiknyapun bertambah.


SPS "KASIH IBU" DESA WATUGAJAH


Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang dilaksanakan dalam upaya pembinaan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun dengan cara pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut baik yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, atau informal. Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosio emosional, bahasa, komuniasi sesuai tahapan perkembangan anak.

Tidak ketinggalan dengan desa lainya di Desa Watugajah sejak bulan Februari 2007 telah berdiri SPS “KASIH IBU” dengan jumlah peserta didik pada waktu itu sebanyak 42 anak. Pada waktu berdirinya alat pembelajarannyapun masih sangat sederhana seperti cukup menggelar tikar seadanya sebagai tempat untuk bermain. Alat permainan edukatif yang adapun hanya sederhana sekali antara lain : bola plastik, balok kayu dibentuk berbagai segi dan diberi warna beraneka ragam, daun nangka, pelepah pisang sebagai alat stempel, bunga yang dironce dengan benang dan botol plastik yang diisi biji jagung kering. Mengingat begitu antusiasnya peserta didik dan orang tua kemudian PAUD ini dimintakan ijin ke Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul dan telah disetujui oleh Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul dengan Nomor 800/298/KPTS/07 tertanggal 18 Desember 2007. Dan pada tahun 2008 SPS “KASIH IBU” mendapat bantuan kelembagan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul yang digunakan untuk membeli alat pembelajaran dan permaian. Sehingga alat permainannyapun sudah beragam seperti pusel, meronce, balok susun, peraga memasak, peraga kebersihan dan sebagainya. PAUD ini diasuh oleh tiga orang tenaga pendidik yaitu Ibu Surati, Ibu Partiyem dan Ibu Siti Margini. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari Jumat pukul 13.00 sampai pukul 15.00 dan pada hari Minggu dimulai pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WIB. Pada tahun 2008 jumlah peserta didik mencapai 52 anak. Tetapi dengan adanya PAUD rintisan pada tahun 2009 ini peserta didik tinggal 16 siswa dan pelaksanaan pembelajarannyapun hanya satu minggu sekali yaitu pada hari Minggu. Tenaga Pendidik dan pengelolapun bersifat sukarela mengingat daya dukung masyarakat masih rendah. Namun dengan prinsip mendidik dengan kasih sayang PAUD ini masih eksis untuk melayani masyarakat.

Sekilas Tentang Desa Watugajah


Desa Watugajah secara administratif merupakan salah satu Desa di Kecamatan Gedangsari, yang berada di zona utara wilayah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak Desa Watugajah dari pusat pemerintah Kecamatan yaitu 5 km, dari Pusat Pemerintahan Kabupaten 35 km serta dari Pusat Pemerintahan Propinsi berjarak 60 km. Letak geografis Desa Watugajah dari atas permukaan laut yaitu 150 sampai dengan 700 m, dengan curah hujan sedang, dengan topografi dataran tinggi dan suhu udara rata-rata berkisar 23 sampai dengan 37 derajat celcius dan memiliki luas daerah 795.8115 ha. Sebelum tahun 1995 Desa Watugajah merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Nglipar. Tetapi sejak tahun 1995 dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 1995 tentang Pembentukan Dua Kecamatan di wilayah Kabupaten Gunungkidul bersama Desa Mertelu, Hargomulyo dan Watugajah menjadi bagian wilayah Kecamatan Gedangsari hingga kini.


Penduduk

Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian petani, disamping ada juga yang bekerja sebagai pedagang, wiraswasta, peternak, pegawai negeri, karyawan swasta dan buruh. Penghasilan utama penduduk dari pertanian yaitu padi, kedelai, jagung, kacang tanah, kacang hijau, dan ketela. Selain dari hasil pertanian penduduk Desa Watugajah juga memiliki penghasilan dari perkebunan yaitu meliputi srikaya, mangga dan pisang. Bahkan untuk buah srikaya dan mangga merupakan produk unggulan para petani di Desa Watugajah, karena hasil buah-buahan ini sudah dikenal sejak dulu oleh masyarakat di sekitar seperti Klaten, Prambanan, Wedi, Surakarta maupun Yogyakarta. Sehingga pada musim panen buah mangga atau srikaya banyak dijual ke luar daerah bahkan tak sedikit pembeli atau pedagang yang datang dari luar wilayah berkunjung ke daerah ini.

Jumlah penduduk Desa Watugajah kini mencapai 5247 orang dengan jumlah kepala keluarga 1238.


DATA PENDUDUK DESA WATUGAJAH

NO

PEDUKUHAN

JUMLAH PENDUDUK

KK

P

L

JML

1

Watugajah

504

531

1035

270

2

Gunungcilik

581

559

1140

254

3

Jelok

659

682

1341

348

4

Plasan

408

424

832

166

5

Tamansari

457

442

899

200

JUMLAH

2609

2638

5247

1238

Sumber data : Data Desa Watugajah, Tgl : 31 Des 2008.


Pemerintahan

Dari segi pemerintahan Desa Watugajah dibagi menjadi 5 padukuhan yaitu Padukukan Watugajah, Plasan, Tamansari, Gunungcilik dan Jelok. Desa ini memiliki batas wilayah sebelah utara Desa Gentan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten, sedang batas sebelah Timur Desa Tegalrejo, sebelah Barat desa Sampang, sebelah Selatan Desa Hargomulyo dan Mertelu yang kesemuanya termasuk wilayah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Di bidang kelembagaan selain pemerintahan desa juga ada lembaga desa seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pedukuhan (LPMP), Rukun Warga, Rukun Tetangga, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, dan Karang Taruna. Jumlah perangkat Desa Watugajah ada 15 orang, terdiri dari 14 laki-laki dan 1 perempuan. Adapun perangkat Desa Watugajah yang menjabat saat ini yaitu :


NO

NAMA

TEMPAT TGL LAHIR

JABATAN

1

SUBIRMAN

GK, 04 Sep 1968

Kepala Desa

2

HARTONO

GK, 03 Jan 1983

Kabag. Pemerintahan

3

SUKIMIN

GK, 02 Feb 1954

Kabag. Pembangunan

4

SUDARNO

GK, 20 Juni 1966

Kabag. Kesra

5

SENEN

GK, 12 Juni 1961

Kaur Umum

6

HADI SUYATNO

GK, 06 Maret 1956

Kaur Keuangan

7

ADI SUGONDO

GK, 18 April 1962

Kaur Perencanaan

8

PAIDI

GK, 30 Nov 1969

Dukuh Watugajah

9

SUMARNO

GK, 09 Agus 1962

Dukuh Gunungcilik

10

TUKIMIN

GK, 03 Oktob 1962

Dukuh Jelok

11

JATU EKA DEWI

Klaten 01 Jan 1983

Dukuh Plasan

12

SISWO HARJONO

GK, 07 Oktob 1955

Dukuh Tamansari

13

WELAS

Gk, 10 Feb1955

Staf

14

SUWITA

GK, 20 Feb 1975

Staf

15

SUGIMIN

GK,1 Des 1991

Staf

Sumber data : Data Desa Watugajah, Tgl : 31 Des 2008

Kotak Suara

Sebuah kotak suara yang digunakan saat Pemilu 1955 koleksi milik Ny. Dirjosetoto warga Watugajah, Gedangsari, Gunungkidul menjadi salah satu daya tarik Pameran “KR & Saksi Sejarah: Belajar dari Pemilu 1955″ tanggal 20 Maret - 4 April 2009di Griya KR Jl. Mangkubumi Yogyakarta.

Kotak Suara Pemilu 1955

Selain kotak suara bersejarah tersebut, materi pameran sebagian besar adalah reproduksi Surat Kabar Kedaulatan Rakyat terbitan medio 1955. Pengunujung diajak bernostalgia menyimak berita-berita terkait dengan pemilu pertama di Indonesia.

Membaca berita yang ditulis dengan bahasa Indonesia ejaan lama cukup unik dan menggelitik Seperti headline berita “Bung Karno dan Bung Hatta berikan Suara, Dinama2 keamana terdjamin”, himbauan Bung Hatta “Rakjat Indonesia Datanglah Memilih”. Juga, dokumentasi berita tentang perolehan suara Pemilu 1955 juga dapat anda simak

25.000 Bibit Albaziah untuk Desa Watugajah


21/03/2009 08:17:43 GEDANGSARI (KR) – Small and Medium Enterprises Development Centre (SMEDC) UGM Tbk bekerja sama dengan PT Danareksa menyerahkan bantuan 25.000 bibit pohon albaziah atau sengon laut ke Desa Watugajah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul, Rabu (18/3). Bantuan secara simbolis yang ditandai dengan penandatanganan serah terima ini sebagai wujud program bina lingkungan.

Penandatanganan bantuan dilakukan Direktur PT Danareksa Drs Wahzari Wardana, Kepala SMEDC UGM Ir Gatot Murdjito MS, Bupati Gunungkidul Suharto SH, Kepala SD Watugajah dan Kepala TK ABA Dusun Jelok di SD Watugajah, Gedangsari, Gunungkidul. Kepada wartawan Gatot Murdjito mengatakan kegiatan ini merupakan wujud pelaksanaan program sinergi pemberdayaan potensi masyarakat.
Di antaranya melalui pembudidayaan albaziah guna memenuhi kebutuhan kayu. Juga untuk mencegah penggundulan, mengurangi erosi dan longsornya lahan di Watugajah, tutur Gatot Murdjito sambil menambahkan, 25.000 bibit albaziah tersebut akan ditanam di 5 dusun di Desa Watugajah yaitu di Plasan, Jelok, Gunungcilik, Tamansari dan Watugajah.
Setiap dusun mendapatkan 5.000 bibit yang dibagikan ke sejumlah RT, diteruskan kepada warga masyarakat di 5 dudun. Untuk kesepakatan hasil 4-5 tahun 70 persen untuk warga penanam, 10 persen (RT), 5 persen (RW), 5 persen (dusun) dan 10 persen (UGM). Dipilihnya albaziah karena jenis pohon ini dalam jangka waktu yang pendek bisa menghasilkan kayu dengan prospek harga yang bagus.
Sementara Bupati Gunungkidul Suharto SH mengatakan, Desa Watugajah merupakan daerah yang memiliki karakteristik alam yang berbeda dengan daerah lainnya di Kabupaten Gunungkidul. Watugajah memiliki lapisan tanah yang dalam sehingga bisa ditanami pohon albaziah. Sementara di daerah lain lapisan tanahnya tidak begitu dalam sehingga sulit untuk ditanami pohon albaziah.
Kegiatan atau gerakan menanam semacam ini diharapkan bisa ikut membantu dalam pembangunan pondasi pertanian yang kuat di Gunungkidul, ujar Suharto.
Direktur PT Danareksa Drs Wahzary Wardaya menuturkan penanaman pohon albaziah ini disamping untuk mencegah erosi juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan.
Selain diserahkan bantuan bibit pohon, juga sarana pendidikan ke SD Watugajah berupa 1 paket alat peraga matematika, 2 buah meja kursi guru, 2 buah komputer dan buku untuk koleksi perpustakaan.
Untuk TK ABA Dusun Jelok diserahkan bantuan berupa 1 buah meja kursi guru, 10 buah meja murid, 4 buah alat permainan dan 1 buah papan tulis white board sebagai bentuk dukungan terhadap program pendidikan anak usia dini. Penyerahan dihadiri Ketua Senat Akademik (SA) UGM Prof Dr dr Sutaryo, kelompok tani, perajin perak, pedagang buah dan kelompok pedagang hasil pertanian. (Asp)

PANEN SRIKAYA

GEDANGSARI PANEN SRIKAYA ; Bukti Keberhasilan Diversifikasi Lahan Kritis

Petani lahan kering di Kecamatan Gedangsari, berhasil membuktikan keberhasilan diversifikasi lahan kritis menjadi kawasan subur yang menjanjikan dengan menggalakkan budidaya tanaman buah srikaya. Hasil budidaya tersebut mulai memasuki panen raya, dan secara simbolis Bupati Gunungkidul Suharto SH diberi kesempatan untuk memetik srikaya di lereng bukit Dusun Jelok Desa Watugajah, Senin (16/2).

Dilaporkan Ketua Kelompok Tani (Klomtan) Sidomulyo Desa Watugajah Kecamatan Gedangsari, Yanto Suparno, kawasan lahan pertanian yang sebagian besar berada di lereng perbukitan dalam beberapa tahun lalu kurang menjanjikan. Khususnya untuk lahan budidaya tanaman pangan. Keberhasilan masyarakat memanen srikaya ini sekaligus menjadi tanaman perintis dan mampu mengubah lahan kritis menjadi kawasan subur.

”Sejak tanaman srikaya berkembang, lahan pertanian semakin subur dan mampu mencegah terjadinya erosi tanah dan menyebabkan lahan pertanian dapat ditanami maksimal,” katanya.
Karena dengan lahan pertanian yang berbukit dan sebagian hanya batu, untuk ditanami padi dan palawija, semula tidak cocok. Meskipun tingkat kesuburan lahan sangat terbatas, tetapi dengan tanaman srikaya varietas Sinyonya hasilnya justru melimpah. Sebagaimana lahan milik kelompok tani ini seluas 165 hektar, yang ditanami srikaya ada 87 hektar dengan jumlah tanaman mencapai 68.724 batang. Dari jumlah tanaman ini sekitar 51.000 batang sudah berbuah dan bisa dipanen.
Meskipun buah srikaya masa panen hanya setahun sekali, tetapi setiap batang diakui bisa menghasilkan 2 kg hingga 3 kg buah, sedang harga jual mencapai Rp 7.000/ kg. Berdasarkan perhitungan sementara, pada masa panen tahun ini diperkirakan mencapai 154 ton.

”Untuk pemasarannya tidak sebatas Gunungkidul, tetapi juga wilayah Klaten, Prambanan maupun Solo,” imbuhnya.
Bupati Gunungkidul yang melakukan panen perdana dengan memetik buah srikaya didampingi Camat Gedangsari Drs Sudjoko MSi dan pejabat pemkab lain, menyambut gembira kreativitas warga Gedangsari dalam mengolah lahan kritis. (Bmp-Kedaulatan Rakyat)
http://www.gunungkidulkab.go.id