Kamis, 31 Desember 2009

Jembatan Besi Gedangsari


Selama ini jika kita akan menuju ibu kota kecamatan Gedangsari dari arah Sambitpiu kita harus melewati jembatan dan tanjakan Besi yang terkenal sempit, tajam, curam. sehingga rawan terhadap kecelakaan. Namun dengan selesainya pembangunan Jembatan Besi kesulitan ini sudah tidak kita alami lagi, karena sudah dibangun jembatan layang sepanjang 87 meter dengan lebar 15 meter. Adanya jembatan layang, maka akses transportasi dari ibu kota kecamatan Gedangsari ke Ngalang dan Sambipitu sudah lancar. Utamanya kendaraan roda empat dari arah Sambipitu-Ngalang ke Gedangsari sudah tidak mengalami hambatan lagi. Dulu sebelum dibangun jembatan ini kendaraan pengangkut bahan material menuju ibu kota kecamatan Gedangsari harus melangsir muatannya sehingga harus diangkut dua atau tiga kali untuk sampai tujuan. Demikian pula kendaraan roda empat yang mengangkut orang untuk melewati tanjakan besi penumpangnya harus diturunkan terlebih dahulu kemudian baru naik lagi setelah berjalan menaiki tanjakan. Namun hal itu sekarang sudah tidak dialami lagi karena jembatan Besi sudah dapat difungsikan untuk arus transportasi baik roda dua atau kendaraan roda empat bahkan kendaraan truk pengangkut.

Keberadaan jembatan ini selain memperlancar arus transportasi juga merupakan daya tarik tersendiri. Pada hari-hari libur banyak wisatawan lokal yang berdatangan. Lebih-lebih bagi pemudik yang sedang pulang ke kampung halaman jika melewati jembatan ini akan berhenti sebentar untuk menikmati pemandangan panorama alam yang begitu indah. Karena dari atas jembatan ini kita bisa memandang ke arah Timur dan Selatan akan tampak hamparan persawahan yang menghijau dengan tanaman padinya. Sedang jika kita menghadap ke arah Utara tampak dua Tower Seluler yang berdiri dengan megahnya dan jika kita menghadap kearah Barat, maka akan tampak aliran sungai serta pegunungan seribu yang membujur dengan indahnya.
Tak ketinggalan pula pada hari-hari tertentu banyak berdatangan para pelajar dari berbagai tempat seperti Nglipar, Wonosari dan tempat lainnya. Bahkan banyak pelajar dari luar daerah Gunungkidul yang datang ke lokasi ini seperti dari daerah Gantiwarno, Wedi dan Klaten untuk melihat pemandangan alam dan sekedar berfoto bersama dengan teman-temannya.

Sabtu, 19 Desember 2009

Mangga Malam Terancam Punah

Senin, 16 November 2009 | 19:44 WIB

GUNUNG KIDUL, KOMPAS.com - Upaya pematenan beberapa produk lokal ternyata belum mampu memberikan jaminan terhadap pelestariannya. Beberapa produk lokal khas Gunung Kidul yang telah dipatenkan seperti mangga malam dan padi tadah hujan jenis Mendel serta segreng justru kian ditinggalkan sehingga terancam punah.

Penduduk di wilayah Desa Watugajah, Gedangsari, Gunung Kidul yang dulunya menanam mangga lokal jenis mangga malam, misalnya, kini mulai beralih menanam mangga pasaran seperti jenis manalagi, harum manis, atau gadung. Regenerasi mangga malam juga terkendala sulitnya pencangkokan sehingga harus ditanam menggunakan biji Mangga malam setidaknya butuh minimal delapan tahun untuk berbuah, berbeda dengan mangga jenis manalagi yang hanya butuh tiga tahun.

Sekitar separuh dari populasi tanaman mangga malam yang ada saat ini pun telah mati karena terserang serangga kripik. “Jika tidak ingin mangga malam punah, harus ada solusi pemberantasan hama dari pemerintah,” ujar pemilik kebun mangga malam Adi Wiyoto, Senin (16/11).

Separuh dari 50 batang pohon mangga malam yang ditanam Adi Wiyoto di kebunnya kini telah mati akibat serangan serangga kripik. Serangga tersebut menggerogoti batang pohon hingga berongga dan mudah patah. Pohon mangga malam lebih rentan serangan serangga dibanding mangga jenis lain.

Petugas Penyuluh Lapangan dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Gunung Kidul sebenarnya sudah menyarankan pemberantasan hama serangga dengan meletakkan tulang binatang di bawah pohon sebagai penarik serangga. Namun, warga sulit mencari tulang dalam jumlah besar. Dibanding mangga jenis lain, mangga malam tergolong unggul pada rasa manis yang dominan. Mangga malam ini sebenarnya bisa menawarkan keberagaman rasa ketika pasar mangga hanya dibanjiri jenis tertentu seperti manalagi. Penampilan luar mangga malam pun cukup menarik dengan kulit buah berwarna kuning kemerahan.

Perhatian pemerintah terhadap pelestarian buah mangga malam dinilai semakin melemah. Pada tahun 1997, ibu-ibu PKK di Dusun Watugajah pernah difasilitasi pemerintah untuk studi banding perawatan buah mangga ke Surabaya, Jawa Timur. Kini, upaya serupa tidak pernah lagi dilakukan. Harga jual mangga malam pun cenderung murah, sekitar Rp 2.000 per kilogram. Padi tadah hujan jenis segreng dan Mendel yang telah dipatenkan pun kini juga semakin jarang ditaman oleh petani karena masa panennya yang lebih lama.

Minggu, 29 November 2009

IDUL ADHA DI WATUGAJAH


Ratusan umat muslim di wilayah Watugajah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul menghadiri Salat Idul Adha 1430 H yang bertepatan pada hari Jumat 27 November 2009 di Balai Desa Watugajah. Salat Idul Adha kali ini diadakan di Balai desa dikarenakan kondisi lapangan becek yang disebabkan oleh hujan yang mengguyur wilayah Watugajah dan sekitarnya sehari sebelumnya. Selaku Imam dan Khotib yaitu Ustad Sayono S.Pd.I dari Gedangsari. Dalam khutbahnya beliau mengajak umat muslim untuk selalu bertaqwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT serta selalu waspada terhadap bencana yang sedang menimpa di beberapa wilayah bagian Indonesia. Selain itu beliau juga mengajak kepada umat muslim agar selalu meneladani apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim, dan mengajak umat muslim untuk rela berkurban guna membantu saudara muslim lainnya.

Selesai Salat Idul Adha dilanjutkan dengan penyembelihan hewan Kurban di masing-masing mushola dan masjid di lingkungan wilayah desa Watugajah. Sedangkan di Mushola Al Hidayah yang terletak di komplek balai Desa Watugajah juga diadakan penyembelihan hewan kurban. Untuk Idul Adha 1430 H ini umat muslim di lingkungan RT 01 dan 02 Dusun Watugajah menyembelih seekor sapi dan tiga ekor kambing. Dibanding tahun lalu penyembelihan hewan kurban ada peningkatan, karena pada tahun lalu hewan kurban berupa kambing semua. Daging hasil penyembelihan kurban selain dibagi-bagikan kepada seluruh keluarga yang ada di lingkungan RT 01 dan 02 juga dibagikan kepada masyarakat di wilayah Plempoh serta wilayah lainnya.


Sabtu, 07 November 2009

Warga Tamansari Bangun Jalan Dari Dana PNPM


Tak gendong kemana-mana, tak gendong kemana-mana. Itulah sebagian syair lagu Tak Gendong yang pernah dinyanyikan oleh almarhum mbah Surip dan pernah popular beberapa waktu yang lalu. Lagu tersebut mengingatkan kita pada masa silam, saat orang bebergian dengan berjalan kaki. Membawa beban dengan cara digendong, entah mengambil air dengan klenting, mencari rumput untuk makan ternak, mencari kayu bakar untuk memasak, membawa pulang hasil panen, menjual hasil pertanian ke pasar, mengajak anak bepergian dengan cara digendong bahkan membawa orang sakitpun untuk berobat dengan cara digendong atau ditandu. Maklumlah pada waktu itu jalan masih setapak sehingga hanya bisa dilalui orang dengan berjalan kaki saja. Jika kemarau berdebu dan jika musim penghujan becek, berlumpur bahkan licin.

Tetapi lain dengan sekarang jalan-jalan sudah lebar dan bagus. Lebih-lebih dengan adanya program pemerintah berupa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang dulu dinamakan dengan PPK, maka jalan-jalan di dusun-dusun sudah banyak yang bagus. Di Desa Watugajah pada tahun 2009 ini mendapat bantuan PNPM Pedesaan yang digunakan untuk pengadaan rabat jalan, pembuatan talud, pengadaan gorong-gorong, pengadaan alat PMT (Pemberian Makanan Tambahan) pada balita di seluruh dusun yang ada di wilayah desa Watugajah, dan pemberian kredit pada kelompok wanita untuk usaha produktif.
Sedang di Dusun Tamansari sendiri untuk tahun anggaran 2009 ini dana Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pedesaan digunakan untuk pembuatan rabat jalan sepanjang 430 m. Dusun Tamansari merupakan bagian wilayah Desa Watugajah yang terletak dibagian paling barat yang berbatasan dengan wilayah Desa Sampang Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Pengadaan rabat jalan sepanjang 430 m ini dibangun untuk menghubungkan jalan masuk ke Dusun Tamansari dari jalan raya Desa Watugajah-Sampang Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Pengerjaan rabat jalan di Dusun Tamansari ini dikerjakan secara bergorong-royong oleh masyarakat setempat yang diperkirakan selesai dalam waktu 18 hari kerja. Dengan selesainya pembangunan jalan ini diharapkan akan memudahkan arus transportasi antara Dusun Tamansari dengan wilayah sekitarnya. Sehingga masyarakat setempat yang akan pergi atau pulang bebergian bahkan perantau yang mudik ke kampung halamanpun akan merasa penak to mantep to.

Selasa, 27 Oktober 2009

PANEN MANGGA WATUGAJAH MENURUN




Desa Watugajah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah pusat mangga untuk wilayah Gunungkidul bagian utara. Predikat ini sudah disandang sejak puluhan tahun yang silam. Adapun mangga terbanyak yang dihasilkan dari daerah ini adalah mangga malam yaitu mangga yang pada waktu belum masak berwarna hijau, sedangkan jika sudah masak memiliki ciri bagian dalam jingga sedangkan bagian luar berwarna kuning. Jenis mangga ini biasanya berbuah pada bulan Juli sampai dengan Desember tiap tahunnya.Namun panen mangga untuk tahun 2009 ini di desa Watugajah mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan oleh lamanya musim kemarau di daerah Gunungkidul khususnya dan wilayah Indonesia pada umumnya, sehingga banyak tanaman yang kekurangan air. Disamping itu banyak pohon mangga di daerah Watugajah yang terserang penyakit penggerek batang dan ranting. Yaitu hama yang menyerang bagian batang dan ranting mangga sehingga banyak pohon mangga yang mengalami patah ranting akibat terserang hama penggerek ini, dan akhirnya tidak hanya ranting saja tetapi pohonnyapun akan mati yang mengakibatkan produktifitas mangga tahun ini mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Memang ada beberapa pohon mangga yang buahnya lebat terutama mangga yang baru satu atau tahun mulai berbuah tetapi hal ini hanya beberapa pohon mangga saja.



Adapun daerah pemasaran mangga daridesa Watugajah kebanyakan dijual diluar daerah Gunungkidul seperti Wedi, Gantiwarno, Prambanan yang kesemuanya termasuk di daerah Klaten. Bahkan sampai jug ke Yogyakarta atau Solo. Biasanya pedagang menjual secara perseorangan atau menyewa kendaraan roda empat secara kelompok. Harga buah mangga pada waktu panen raya seperti ini berkisar antara Rp. 2.000,00 sampai dengan Rp. 2.500,00 perkilogram. Menurut pedagang buah Ngadimo yang ditemui penulis baru-baru ini mengatakan bahwa jika musim penghujan tiba maka harga buah akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pada musim penghujan konsumsi mangga jug akan mengalami penurunan.


Upaya masyarakat untuk meningkatkan produktifitas mangga memang sudah dilakukan seperti memberantas hama penggerek dengan jalan pengasapan, pemangkasan ranting yang terkena hama atau dengan penyemprotan. Selain itu juga diadakan peremajaan pohon mangga dengan melalui pembibitan atau okulasi dari pohon induk yang sudah produktif. Dari dinas Pertanianpun sudah melakukan penyuluhan-penyuluhan dalam rangka pemberantasan hama dan dalam upaya peninggakatan produktifitas mangga.


Rabu, 02 September 2009

Kegiatan Bulan Agustus


Tak ketinggalan dengan daerah lain di lingkungan RT 01 dan RT 02 Padukuhan Watugajah juga menyelenggarakan kegiatan menyambut hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-64. Adapun kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan ini antara lain kerja bakti membuat selokan yang dilaksanakan pada setiap hari minggu pada bulan Agustus dengan biaya dari kegiatan malam minggu pon ditambah bantuan semen dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

Sedang kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh para pemuda dengan peserta anak-anak adalah lomba lari kelereng, lomba makan kerupuk, lomba pecah air dengan mata tertutup, lomba mengambil uang yang diletakkan di buah pepaya.

Lomba lainnya adalah lomba menangkap lele yang diselenggarakan di kolam lele milik Bapak Pramono. Dalam lomba ini selain diikuti oleh anak-anak, remaja, juga diikuti oleh bapak-bapak bahakan oleh ibu-ibu. Lomba ini juga diikuti oleh masyarakat dari luar daerah. Selain ikan lele yang berhasil ditangkap boleh dimiliki oleh peserta, pada lomba ini juga menyediakan hadiah yang menarik yaitu setiap peserta yang berhasil menangkap lele yang berukuran kecil akan mendapat hadiah uang lima belas ribu rupiah, sedang bagi peserta yang berhasil menangkap lele dengan ukuran besar mendapat hadiah sebesar empat puluh ribu rupiah.

Kegiatan lain adalah malam tirakatan yang diikuti oleh sebagian besar warga RT 01 dan 02 baik anak-anak, remaja, dewasa dan para orang tua. Pada kegiatan ini selain diadakan doa bersama untuk mengenang perjuangan para pahlawan bangsa juga diakan doa untuk keselamatan bangsa Indonesia. Untuk memeriahkan kegiatan ini juga diadakan lomba cerdas cermat dengan menggunakan bahasa Jawa dalam rangka melestarikan budaya dan bahasa daerah. Pada kegiatan ini juga dibagikan hadiah gratis bagi yang berutung berupa kebutuhan pokok sehari-hari.

Selasa, 23 Juni 2009

SERAH TERIMA PUSAT LISTRIK TENAGA SURYA DI WATUGAJAH


"Di wilayah Kecamatan Gedangsari masih ada sebagian tempat yang belum terjangkau aliran listrik seperti di desa Mertelu, Hargomulyo, dan Watugajah. Hal ini dikarenakan letak daerahnya yang berbukit-bukit dan juga disebabkan karena pemukiman penduduk yang salih berjauhan sehingga belum semuanya terjangkau oleh jaringan listrik. Sehingga masih banyak masyarakat yang menggunakan penerangan rumah memakai lampu dengan menggunakan minyak tanah. Tetapi dengan langkanya minyak tanah, maka menjadi problem tersendiri bagi masyarakat pedesaan". Demikian sambutan yang disampaikan Camat Gedangsari Sujoko, S.Sos., M.Si. pada acara serah terima Pusat Listrik Tenaga Surya di Banyunibo Desa Watugajah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul Senin 22 Juni 2009. Pusat Listrik Tenaga Surya di Desa Watugajah merupakan komitmen pemerintah daerah dalam hal percepatan infrastruktur daerah tertinggal dengan harapan dapat mengejar ketertinggalan dari daerah lain. Pusat Listrik Tenaga Surya di Desa Watugajah ini dibangun dengan menghabiskan dana sekitar 2.8 milyar rupiah, dengan bangunan PLTS terpusat di satu tempat dan 105 lainnya tersebar di Padukuhan Watugajah dan Tamansari yang digunakan untuk penerangan rumah-rumah penduduk dan fasilitas umum seperti masjid atau tempat pertemuan masyarakat.

S
elain Camat Gedangsari memberikan sambutan pula Bupati Gunungkidul Suharto SH. Dalam
sambutannya bupati mengatakan bahwa pembangunan Pusat Listrik Tenaga Surya ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi masyarakat Watugajah yang belum terjangkau aliran listrik dari PLN. Selain itu Bupati Gunungkidul mengatakan bahwa untuk percepatan pembangun di desa perlu memperhatikan aspek teknologi, penuh perhitungan dan tetapi tidak meninggalkan budaya mandiri, disiplin, jujur, serta keterbukaan. Harapan lain adalah dengan dibangunnya PLTS ini masyarakat disamping bisa menggunakan juga bisa merawat fasilitas yang ada, agar fasilitas ini dapat dipakai dalam jangka waktu yang panjang. Selesai memberikan sambutan Bupati Gunungkidul secara simbolis menyerahkan berita acara serah terima Pusat Listrik Tenaga Surya kepada Organisasi Masyarakat Setempat yang diwakili oleh Sukidi dan Sukarman. Dalam kesempatan ini Bupati juga mengadakan ramah tamah dengan masyarakat setempat demi kemajuan wilayah Gunungkidul umumnya dan masyarakat desa Watugajah pada khususnya dengan penuh rasa keakraban dan keramah tamahan.

Pada akhir acara Kepala Desa Watugajah Subirman mengucapkan terima kasih kepada pemerintah atas batuan dan fasilitas yang diberikan kepada masyarakat Desa Watugajah selama ini. Semoga dengan bantuan ini masyarakat Watugajah tidak ketinggalan dengan daerah lainnya dan menjadikan masyarakat yang semakin produktif.

Rabu, 03 Juni 2009

Asal Nama Desa Watugajah


William Shakespeare mengatakan apa arti sebuah nama

Namun bagi orang jawa nama membawa makna, artinya orang memberikan nama sesuatu mengandung arti yang bertujuan baik dan mengandung sejarah. Entah itu nama anak yang baru lahir, nama orang setelah menikah, nama tempat seperti desa, kecamatan dan kabupaten atau propinsi bahkan nama suatu negara. Salah satu nama yang kita kemukakan di sini adalah nama desa Watugajah yang terletak di wilayah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Kalau kita lihat namanya Watugajah berasal dari dua kata yaitu Watu dan Gajah yang dirangkai menjadi satu nama. Menurut cerita orang-orang tua bahwa Watugajah pada waktu dulu diambilkan dari nama sebuah batu yang kalau dilihat pada waktu sore hari dari tempat kejauhan menyerupai gajah. Tetapi jika didekati ternyata hanyalah sebuah batu. Namun karena bentuknya pada waktu itu mirip hewan gajah, maka dinamakan Watugajah dan nama ini kemudian digunakan sebagai nama Desa Watugajah hingga kini. Keberadaan batu ini terletak di tengah-tengah sawah milik almarhum Bapak Dirdjosetoto (seperti tampak dalam gambar). Batu ini tidak hanya sebuah tetapi terdiri dari dua buah, satu besar dan satu kecil sehingga seperti gajah dan anaknya. Batu yang besar memiliki panjang sekitar 8 meter, lebar 4 meter dan tinggi 3 meter. Masih menurut cerita orang-orang tua jaman dahulu bahwa untuk naik ke atas batu ini diperlukan tangga karena pada waktu itu tingginya sekitar 5 meter, tetapi karena pengaruh alam batu ini semakin tenggelam dalam tanah, sehingga untuk naik keatasnyapun sekarang tidak harus memakai peralatan lagi. Pada jaman dulu sebelum banyak obyek wisata batu ini sering dikunjungi oleh orang-orang dari luar daerah atau para warga Watugajah yang sudah merantau ke luar daerah jika pulang sering mengajak anak cucu atau saudaranya untuk bersantai di atas batu ini. Karena keberadaanya juga dekat dengan sekolah dan tanah lapang, maka keberadaan batu ini tidak pernah sepi. Jika pagi hari sebelum anak-anak masuk sekolah biasanya menyempatkan diri bermain-main di atas batu ini demikian juga disaat jam istirahat. Di kala sore hari karena letaknya dekat dengan lapangan sepakbola banyak anak-anak muda yang menunggu waktu berkumpul teman-temannya sambil beristirahat di atas batu ini.
Dari atas batu ini kita bisa melihat ke arah selatan, timur, atau barat merupakan pegunungan yang membujur mengelingi desa Watugajah. Sedang jika kita menghadap ke utara kita bisa melihat hamparan kebun tebu yang luas, bahkan nun jauh disana kita bisa melihat gunung Merapi yang mengeluarkan asapnya dengan tenang.

TAMAN KANAK-KANAK PKK WATUGAJAH



Salah satu diantara lembaga pendidikan yang ada di Desa Watugajah adalah keberadaan Taman Kanak-kanak. Taman Kanak-kanak ini didirikan oleh kelompok Dharma Wanita Watugajah, sehingga taman kanak-kanak ini diberi nama TK PKK Watugajah. Taman Kanak-kanak ini berdiri pada tahun 2005 dan telah mendapat ijin dari dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul Nomor : 421.1/157/Kpts/2006 tertanggal 16 September 2006. Pada awal berdirinya memiliki jumlah siswa 15 anak, dengan jumlah pendidik sebanyak dua orang yaitu Ibu Surati dan Ibu Siti Margini yang kesemuanya masih berstatus guru honorer. Pada awal berdirinya alat pembelajarannya masih sangat sederhana dan terbatas, yaitu alat pembelajaran dalam ruang saja seperti: Pusel, meronce, peraga hewan, transportasi, telekomunikasi, balok bangunan dan lain-lain. Gedung tempat pembelajarannyapun masih meminjam ruangan Sekolah Dasar Negeri Watugajah yang tidak terpakai. Namun lambat laun setelah 4 tahun berjalan jumlah siswa didiknyapun bertambah menjadi 19 anak, dan alat permainan luar yang dimilikinya pun juga bertambah seperti bola dunia, tri in one, goyangan kuda, goyangan angsa, goyangan kapal, ayunan, dan jongkat-jongkit, Selain memiliki alat permaian tersebut TK PKK Watugajah kini telah memiliki gedung sendiri yang dibangun dari bantuan PNPM Mandiri Pedesaan Kecamatan Gedangsari pada tahun anggaran 2008.


Keberadaan lembaga pendidikan taman kanak-kanak ini sangat membantu dan dibutuhkan oleh masyarakat sekitar, mengingat sebelum ada lembaga pendidikan ini warga Watugajah yang akan menyekolahkan anaknya di TK harus pergi ke daerah tetangga yaitu daerah di wilayah Klaten. Harapan kedepan TKK PKK Watugajah ini semakin lama semakin maju dan peserta didiknyapun bertambah.


SPS "KASIH IBU" DESA WATUGAJAH


Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang dilaksanakan dalam upaya pembinaan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun dengan cara pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut baik yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, atau informal. Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosio emosional, bahasa, komuniasi sesuai tahapan perkembangan anak.

Tidak ketinggalan dengan desa lainya di Desa Watugajah sejak bulan Februari 2007 telah berdiri SPS “KASIH IBU” dengan jumlah peserta didik pada waktu itu sebanyak 42 anak. Pada waktu berdirinya alat pembelajarannyapun masih sangat sederhana seperti cukup menggelar tikar seadanya sebagai tempat untuk bermain. Alat permainan edukatif yang adapun hanya sederhana sekali antara lain : bola plastik, balok kayu dibentuk berbagai segi dan diberi warna beraneka ragam, daun nangka, pelepah pisang sebagai alat stempel, bunga yang dironce dengan benang dan botol plastik yang diisi biji jagung kering. Mengingat begitu antusiasnya peserta didik dan orang tua kemudian PAUD ini dimintakan ijin ke Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul dan telah disetujui oleh Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul dengan Nomor 800/298/KPTS/07 tertanggal 18 Desember 2007. Dan pada tahun 2008 SPS “KASIH IBU” mendapat bantuan kelembagan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul yang digunakan untuk membeli alat pembelajaran dan permaian. Sehingga alat permainannyapun sudah beragam seperti pusel, meronce, balok susun, peraga memasak, peraga kebersihan dan sebagainya. PAUD ini diasuh oleh tiga orang tenaga pendidik yaitu Ibu Surati, Ibu Partiyem dan Ibu Siti Margini. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari Jumat pukul 13.00 sampai pukul 15.00 dan pada hari Minggu dimulai pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WIB. Pada tahun 2008 jumlah peserta didik mencapai 52 anak. Tetapi dengan adanya PAUD rintisan pada tahun 2009 ini peserta didik tinggal 16 siswa dan pelaksanaan pembelajarannyapun hanya satu minggu sekali yaitu pada hari Minggu. Tenaga Pendidik dan pengelolapun bersifat sukarela mengingat daya dukung masyarakat masih rendah. Namun dengan prinsip mendidik dengan kasih sayang PAUD ini masih eksis untuk melayani masyarakat.

Sekilas Tentang Desa Watugajah


Desa Watugajah secara administratif merupakan salah satu Desa di Kecamatan Gedangsari, yang berada di zona utara wilayah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak Desa Watugajah dari pusat pemerintah Kecamatan yaitu 5 km, dari Pusat Pemerintahan Kabupaten 35 km serta dari Pusat Pemerintahan Propinsi berjarak 60 km. Letak geografis Desa Watugajah dari atas permukaan laut yaitu 150 sampai dengan 700 m, dengan curah hujan sedang, dengan topografi dataran tinggi dan suhu udara rata-rata berkisar 23 sampai dengan 37 derajat celcius dan memiliki luas daerah 795.8115 ha. Sebelum tahun 1995 Desa Watugajah merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Nglipar. Tetapi sejak tahun 1995 dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 1995 tentang Pembentukan Dua Kecamatan di wilayah Kabupaten Gunungkidul bersama Desa Mertelu, Hargomulyo dan Watugajah menjadi bagian wilayah Kecamatan Gedangsari hingga kini.


Penduduk

Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian petani, disamping ada juga yang bekerja sebagai pedagang, wiraswasta, peternak, pegawai negeri, karyawan swasta dan buruh. Penghasilan utama penduduk dari pertanian yaitu padi, kedelai, jagung, kacang tanah, kacang hijau, dan ketela. Selain dari hasil pertanian penduduk Desa Watugajah juga memiliki penghasilan dari perkebunan yaitu meliputi srikaya, mangga dan pisang. Bahkan untuk buah srikaya dan mangga merupakan produk unggulan para petani di Desa Watugajah, karena hasil buah-buahan ini sudah dikenal sejak dulu oleh masyarakat di sekitar seperti Klaten, Prambanan, Wedi, Surakarta maupun Yogyakarta. Sehingga pada musim panen buah mangga atau srikaya banyak dijual ke luar daerah bahkan tak sedikit pembeli atau pedagang yang datang dari luar wilayah berkunjung ke daerah ini.

Jumlah penduduk Desa Watugajah kini mencapai 5247 orang dengan jumlah kepala keluarga 1238.


DATA PENDUDUK DESA WATUGAJAH

NO

PEDUKUHAN

JUMLAH PENDUDUK

KK

P

L

JML

1

Watugajah

504

531

1035

270

2

Gunungcilik

581

559

1140

254

3

Jelok

659

682

1341

348

4

Plasan

408

424

832

166

5

Tamansari

457

442

899

200

JUMLAH

2609

2638

5247

1238

Sumber data : Data Desa Watugajah, Tgl : 31 Des 2008.


Pemerintahan

Dari segi pemerintahan Desa Watugajah dibagi menjadi 5 padukuhan yaitu Padukukan Watugajah, Plasan, Tamansari, Gunungcilik dan Jelok. Desa ini memiliki batas wilayah sebelah utara Desa Gentan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten, sedang batas sebelah Timur Desa Tegalrejo, sebelah Barat desa Sampang, sebelah Selatan Desa Hargomulyo dan Mertelu yang kesemuanya termasuk wilayah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Di bidang kelembagaan selain pemerintahan desa juga ada lembaga desa seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pedukuhan (LPMP), Rukun Warga, Rukun Tetangga, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, dan Karang Taruna. Jumlah perangkat Desa Watugajah ada 15 orang, terdiri dari 14 laki-laki dan 1 perempuan. Adapun perangkat Desa Watugajah yang menjabat saat ini yaitu :


NO

NAMA

TEMPAT TGL LAHIR

JABATAN

1

SUBIRMAN

GK, 04 Sep 1968

Kepala Desa

2

HARTONO

GK, 03 Jan 1983

Kabag. Pemerintahan

3

SUKIMIN

GK, 02 Feb 1954

Kabag. Pembangunan

4

SUDARNO

GK, 20 Juni 1966

Kabag. Kesra

5

SENEN

GK, 12 Juni 1961

Kaur Umum

6

HADI SUYATNO

GK, 06 Maret 1956

Kaur Keuangan

7

ADI SUGONDO

GK, 18 April 1962

Kaur Perencanaan

8

PAIDI

GK, 30 Nov 1969

Dukuh Watugajah

9

SUMARNO

GK, 09 Agus 1962

Dukuh Gunungcilik

10

TUKIMIN

GK, 03 Oktob 1962

Dukuh Jelok

11

JATU EKA DEWI

Klaten 01 Jan 1983

Dukuh Plasan

12

SISWO HARJONO

GK, 07 Oktob 1955

Dukuh Tamansari

13

WELAS

Gk, 10 Feb1955

Staf

14

SUWITA

GK, 20 Feb 1975

Staf

15

SUGIMIN

GK,1 Des 1991

Staf

Sumber data : Data Desa Watugajah, Tgl : 31 Des 2008