Sabtu, 19 Desember 2009

Mangga Malam Terancam Punah

Senin, 16 November 2009 | 19:44 WIB

GUNUNG KIDUL, KOMPAS.com - Upaya pematenan beberapa produk lokal ternyata belum mampu memberikan jaminan terhadap pelestariannya. Beberapa produk lokal khas Gunung Kidul yang telah dipatenkan seperti mangga malam dan padi tadah hujan jenis Mendel serta segreng justru kian ditinggalkan sehingga terancam punah.

Penduduk di wilayah Desa Watugajah, Gedangsari, Gunung Kidul yang dulunya menanam mangga lokal jenis mangga malam, misalnya, kini mulai beralih menanam mangga pasaran seperti jenis manalagi, harum manis, atau gadung. Regenerasi mangga malam juga terkendala sulitnya pencangkokan sehingga harus ditanam menggunakan biji Mangga malam setidaknya butuh minimal delapan tahun untuk berbuah, berbeda dengan mangga jenis manalagi yang hanya butuh tiga tahun.

Sekitar separuh dari populasi tanaman mangga malam yang ada saat ini pun telah mati karena terserang serangga kripik. “Jika tidak ingin mangga malam punah, harus ada solusi pemberantasan hama dari pemerintah,” ujar pemilik kebun mangga malam Adi Wiyoto, Senin (16/11).

Separuh dari 50 batang pohon mangga malam yang ditanam Adi Wiyoto di kebunnya kini telah mati akibat serangan serangga kripik. Serangga tersebut menggerogoti batang pohon hingga berongga dan mudah patah. Pohon mangga malam lebih rentan serangan serangga dibanding mangga jenis lain.

Petugas Penyuluh Lapangan dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Gunung Kidul sebenarnya sudah menyarankan pemberantasan hama serangga dengan meletakkan tulang binatang di bawah pohon sebagai penarik serangga. Namun, warga sulit mencari tulang dalam jumlah besar. Dibanding mangga jenis lain, mangga malam tergolong unggul pada rasa manis yang dominan. Mangga malam ini sebenarnya bisa menawarkan keberagaman rasa ketika pasar mangga hanya dibanjiri jenis tertentu seperti manalagi. Penampilan luar mangga malam pun cukup menarik dengan kulit buah berwarna kuning kemerahan.

Perhatian pemerintah terhadap pelestarian buah mangga malam dinilai semakin melemah. Pada tahun 1997, ibu-ibu PKK di Dusun Watugajah pernah difasilitasi pemerintah untuk studi banding perawatan buah mangga ke Surabaya, Jawa Timur. Kini, upaya serupa tidak pernah lagi dilakukan. Harga jual mangga malam pun cenderung murah, sekitar Rp 2.000 per kilogram. Padi tadah hujan jenis segreng dan Mendel yang telah dipatenkan pun kini juga semakin jarang ditaman oleh petani karena masa panennya yang lebih lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar