


Desa Watugajah merupakan desa di wilayah kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Desa yang terletak paling utara dari wilayah Gunungkidul berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah.
Sebagai ungkapan rasa memiliki tanah kelahiran dan tempat mereka dibesarkan beberapa warga Watugajah yang merantau di Jabodetabek menggadakan pertemuan silaturahmi dengan warga Watugajah yang menetap di desa. Meskipun tidak dihadiri semua perantau yang ada di Jabodetabek acara yang digelar di Balai Desa Watugajah Gedangsari Gunungkidul pada hari Sabtu tanggal 31 Juli 2010 ini berjalan meriah dan penuh keakraban. Acara ini selain digunakan untuk kangen-kangenan atau tamba kangen antara warga yang ada di desa dengan warga yang ada di perantauan juga dilaksanakan dalam rangka menyongsong bulan suci Ramadhan 1431 H.
Dalam acara silaturahmi ini memberikan sambutan antara lain Bapak Suparjo Surotinoyo sebagai wakil dari Warga Watugajah di Jabodetabek. Pada acara silaturahmi tersebut beliau mengutarakan bahwa acara ini sudah dilaksanakan yang ketiga kalinya yaitu pada tahun 2000 kemudian 2008 dan disusul tahun 2010. Selain itu beliau mengemukakan bahwa warga Watugajah yang tinggal di Jabodetabek masih merasa handarbeni seperti pada waktu dulu keti ka masih belum merantau di ibu kota. Oleh karena itu beliu meminta hendaknya semua warga Watugajah selalu bekerja keras untuk membangun desanya.
Menanggapi apa yang disampaikan oleh warga perantaun Kepala Desa Watugajah Subirman mengatakan bahwa “Selaku wakil dari warga Desa Watugajah mengucapkan selamat datang di desa kelahiran dan terimah kasih atas kepedulian warga Watugajah yang tinggal di Jabodetabek semoga warga Watugajah yang merantau selalu mendapat lindungan dan rejeki dari Allah SWT”.
Pada acara silaturhmi tersebut selain dihadiri warga Watugajah di Jabodetabek dan masyarakat Watugajah yang menetap di desa juga dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat dan Pejabat dari Kecamatan Gedangsari seperti Bapak Camat Gedangsari, Kapolsek, Kepala Desa terdekat juga perangkat desa se Desa Watugajah serta tamu undangan lainnya. Sebagai puncak acara diadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Wahyu Sri Makutharama yang bawakan oleh Ki Dalang Semi Hadi Carito dari Hargomulyo Gedangsari.
Sebagaimana layaknya daerah Gunungkidul daerah ini tidaklah subur bahkan termasuk lahan kritis, jika musim kemarau kadang kekurangan air sedang pada musim penghujan rawan dengan bahaya tanah longsor. Namun berkat kesungguhan, keuletan dan kerja keras yang pantang menyerah warganya daerah ini menjadi lahan yang produktif. Daerah yang dimaksud adalah Padukuhan Jelok Desa Watugajah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Wilayah Jelok merupakan wilayah penghasil buah Srikaya (Annona squamosa). Pohon srikaya biasa berbuah pada musim penghujan atau tepatnya pada awal musim penghujan bersamaan dengan mulai seminya daun biasanya bersamaan dengan tumbuhnya bunga. Baru kemudian setelah tiga 2 atau tiga bulan buahnya bisa dipetik.
Bagi warga Jelok khususnya tanaman srikaya merupakan taman idola, karena dari hasil tanaman buah ini para warganya bisa mencukupi kebutuhan hidupnya seperti untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Bahkan tak sedikit dari hasil buah ini warga Jelok bisa membiaya anaknya sekolah, membeli kendaraan, alat-alat elektornik atau memperbaiki rumah tempat tinggalnya. Usaha para petani dalam menangani tanaman srikaya di daerah ini bisa dikatakan professional. Karena setiap jengkal tanah yang dimiliki pasti ada tanaman srikaya. Selain itu tanaman srikaya di daerah ini memang dirawat seperti layaknya tanaman buah lainya, pada waktu-waktu tertentu dibersihkan rumputnya (didangir) , diberi pupuk disekelilingnya, disemprot dengan obat anti serangga dan dipangkas ranting-ranting yang sudah tidak produktif, serta tanaman yang hampir punah biasanya diganti dengan bibit yang lebih baru. Di daerah ini selain menjual buah srikaya sebagian masyarakat juga ada yang menjual bibit tanaman yang sudah siap tanam, dan biasanya dalam jangka waktu 3 sampai 5 tahun akan berbuah.
Menurut pemilik kebun dan juga pedagang buah srikaya Suratmin mengatakan bahwa pada waktu musim panen srikaya hampir tiap harinya ada sekitar dua truk dan puluhan sepeda motor yang mengangkut hasil panen daerah ini ke luar daerah untuk dipasarkan. Buah srikaya daerah ini biasanya dipasarkan ke daerah Bayat, Wedi, Gantiwarno, Klaten, Prambanan, Surakarta dan Yogyakarta. Para konsumen biasanya senang buah srikaya dari daerah ini karena selain buahnya manis, daging buahnya besar-besar. Memang untuk membawanya agak sulit tetapi bagi masyarakat di daerah ini karena sudah terbiasa hal ini tidaklah menjadi kendala. Biasanya buah dibawa dengan tenggok ditata bersap dengan menggunakan penyekat daun pisang. Dengan cara ini buah yang sudah masak tidak akan rusak meskipun dijual kedaerah yang jauh.
Di daerah yang memiliki luas tanah seluas 165 hektar, sebagian besar ditanami srikaya sehingga di wilayah di memiliki puluhan ribu pohon srikaya yang setiap pohonnya bisa menghasilkan 2 kg sampai 3 kg buah dengan harga Rp. 8.000,00 per kilo.
Hujan deras mengguyur wilayah Watugajah dan sekitarnya pada hari Minggu 7 Maret dan Senin 8 Maret 2010. Hujan yang terjadi pada waktu sore hari tersebut disertai angin kencang dan sesekali terdengar Guntur menggelegar. Akibat dari curah hujan tersebut mengakibatkan talud tebing jalan yang menghubungkan Desa Watugjah dengan Kecamatan Gedangsari mengalami longsor. Adapun talud tebing yang longsor terjadi di sebelah barat kurang lebih berjarak 200 meter dari arah Clongop. Seperti tampak dalam foto pada bagian berita ini tebing talud yang rusak kurang lebih lebar 20 meter. Tak jauh dari talud yang longsor di bagian atas jalan yang menghubungkan Clongop dengan wilayah Watugajah atau jalan menuju ke Klaten juga mengalami longsor. Meskipun ruas jalan masih dapat dipergunakan untuk lewat kendaraan roda dua atau empat namun pengemudi harus hati-hati mengingat tanah yang longsor masih menutup sebagian badan jalan. Lebih-lebih jika hujan turun kemungkinan longsor susulan akan terjadi sehingga jalanpun menjadi licin.
Sementara itu di bagian lain menurut Kepala Dukuh Watugajah Paidi yang dihubungi penulis mengatakan bahwa ada dua titik di wilayah Banyunibo Padukuhan Watugajah juga mengalami longsor sehingga menutup jalan yang menghubungkan antara Clongop dengan Padukuan Jelok Watugajah. Titik pertama longsor sepanjang 10 meter dan titik kedua longsor sepanjang 7 meter dan kini sedang dibersihkan secara gotong royong oleh masyarakat wilayah Banyunibo dan sekitarnya agar akses jalan kembali normal. Dilaporkan sejauh ini tidak ada korban jiwa.